Tuan Bapak Muda

Menjadi Bapak di usia yang terbilang semua laki-laki menargetkannya memang bukan menjadi suatu kebanggaan yang hakiki. Walaupun diantara teman seangkatanmu masih banyak yang belum mencapainya, namun tetap saja bukan menjadi tolak ukur dari suatu kesuksesan. Tapi tetap menjadi suatu hal yang harus dan patut disyukuri.

Walaupun sudah pasti waktumu tidak sesenggang dahulu karena ada yang menunggui dirumah. Menyakan kapan lalu menghantui pikiran. Dulu kamu merasa sangat cukup ketika mendapatkan uang dari pekerjaan sampingan yang mampu menghidupi kegiatanmu berkhayal dibawah lampu temaram. Sekarang semua akan merasa sangat cukup ketika kamu sudah bisa memikirkan akan mendapatkan uang dari mana lalu bisa mengelolanya juga. Kesimpulan sederhana yang timbul bahwa ini adalah tantangan yang dulu sempat dianggap remeh karena percaya diri akan baik-baik saja. 

Dulu selalu mencoba mencari pembelaan dengan cara diam-diam melihat orang lain. Tapi memang Yang Maha Kuasa tidak mungkin membiarkan hambaNya frustasi. Maka dihadirkan ditengah dirimu orang-orang yang memang telah dahulu menjadi Bapak yang bahkan malah lebih mudah dari dirimu. Bercerita tentang kesulitan dan segala macam kendala yang semakin membuat hati ini kembali tenang karena tidak merasa sendiri. Iya sendiri, kata yang dulu sering dibanggakan karena menemanimu dalam melakukan aktifitas.

Entah mengapa sekarang lebih sering berteman dengan cermin. Lebih banyak melihat lalu sesekali menyibakan rambut keatas tampak ada yang berkurang dan sesekali juga jatuh mengenai hidung. Hela nafas yang panjang ketika kejadian tersebut berulang diiringi tawa besar menggema melihat hal-hal yang sebetulnya tidak lucu ini. Ini bukan komedi tetapi mampu mempersempit rasa insecure yang seringkali menguasai badan mungil ini. Walaupun sudah mempunyai berat 60 kg jika di sanding diantara teman-teman masih berasa seperti anak sekolah menengah pertama. Makanya masih sering ada yang mengerutkan alis jika tau bahwa sebenarnya adalah seorang Tuan Bapak Muda. Ya benar, Tuan.