Minggu
8 September 2013, Pagi ini gue lalui dengan beramal. Setelah semaleman tidur
keganggu ponakan yang tidur bareng gue itu tidurnya gak khusyuk banget, miring
sana miring sini dan akhirnya jerit gak karuan dan tidur lagi. Bangunpun agak
sedikit gak enak ditenggorokan dan sehabis solat shubuh, gue memutuskan untuk
molor lagi dengan memasang alarm. Takut nanti kelabasan gak bisa nepatin janji
dengan pak Nur. Belum lama gue tidur, gue dibangunkan oleh mbak. Ternyata dia
minta diantarkan ke texas. Bukan texas yg di amerika, tapi texas kursus bahasa
inggris yang ada dimetro. Tanpa pikir panjang gue langsung ambil jaket dengan
memakai kolor liverpool, gue melaju ditengah dinginnya pagi ini.
Setelah gue sudah melaksanakan tugas dadakan, gue bingung mau melakukan apa lagi. Setelah diskusi yang alot antara otak, pikiran, perasaan, hati, niat dan mood. Akhirnya gue pun sarapan dulu. Masalah mulai timbul ketika gue selesai makan. Gue mau ngapain lagi ???. Untung ingatan gue memberi tau gue kalau ada janji dengan pak Nur. Lekas gue berlari melewati rintangan berupa pot bunga gue menuju ke arah depan rumah dan menatap sebelah timur sana. Ternyata orang nya sudah stand by. Gue akhirnya mengambil senjata gue untuk memenuhi janji ini. Yaitu “cangkul”.
Lalu dengan berlari gue sampai juga dimasjid tempat pak Nur berada. Yap, pekerjaan gue akhirnya dimulai dengan membersikan rumput yang super bin banyak sangat lebat sehingga membuat aku ini membabat nya. Setelah selesai dengan ini gue terjun dari atas kebawah yaitu ke selokan. Parahnya dibawah selokan itu ada airnya. Ya mau bin maksa binti nekat, gue akhirnya garukin tanah di bawah selokan yang ada airnya.
Setelah semua selesai. Gue pun pulang dengan setengah capek. Ketika diperjalanan gue pun menemukan seekor anak kucing yang nyangkut di pohon jambu. Gue ambil kucing itu dan gue lekas bawa dia pulang.
Gue terinspirasi dengan cara sukses Ardi membuat kucing nurut, dengan memeliharanya ketika masih kecil. Gue ambil dan gue letakan diatas pagar. Lalu setelah gue mengembalikan senjata gue pada asalnya. Gue kembali ambil itu anak kucing. Gue elus kucing itu dan awalnya memang kucing itu agak sedikit memberontak. Tetapi lama kelamaan akhirnya dia suka akan elusan ku dikepala kucing itu. Sampai bunyi grrrrrmmm.
Gue jadi keinget ketika gue gak bisa ngertiin cewe. Ketika gue egois dengan diri gue sendiri yang minta diperhatiin oleh cewe tersebut tanpa timbal balik yang lebih. Gue akan mendapatkan perlakuan yang tidak gue inginkan.
Gue tersadar ketika gue ngelus anak kucing ini. Ini 1 bentuk perhatian gue ke kucing ini. Kucing ini tidak minta yang aneh – aneh dan dia nyaman dengan 1 kelakuan gue ini. Sebenernya cewe itu tidak akan terlalu nuntut ketika kita memberikan 1 saja. Gak muluk – muluk ternyata, cuman “Pengertian“ yang diminta. Dan setelah itu dia akan merasa nyaman.
Gue harus memahami ini, dan belajar “mengerti dari pada dingertiin“. Dan memang ternyata sulit, ketika gue ngelus ini anak kucing, gue hampir 7 kali bersin. Namun bersin ini menandakan kesulitan gue ketika memberikan pengertian ini.
Hampir dan rata – rata mengerti perasaan seseorang itu sulit dan butuh kesadaran. Namun kalau ada niat gue yakin ini gak akan sulit. Akhirnya lama kelamaan idung gue gak bersin lagi. Dan tercium aroma comberan menandakan gue harus mandi. Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini lewat anak kucing ini.
Setelah gue sudah melaksanakan tugas dadakan, gue bingung mau melakukan apa lagi. Setelah diskusi yang alot antara otak, pikiran, perasaan, hati, niat dan mood. Akhirnya gue pun sarapan dulu. Masalah mulai timbul ketika gue selesai makan. Gue mau ngapain lagi ???. Untung ingatan gue memberi tau gue kalau ada janji dengan pak Nur. Lekas gue berlari melewati rintangan berupa pot bunga gue menuju ke arah depan rumah dan menatap sebelah timur sana. Ternyata orang nya sudah stand by. Gue akhirnya mengambil senjata gue untuk memenuhi janji ini. Yaitu “cangkul”.
Lalu dengan berlari gue sampai juga dimasjid tempat pak Nur berada. Yap, pekerjaan gue akhirnya dimulai dengan membersikan rumput yang super bin banyak sangat lebat sehingga membuat aku ini membabat nya. Setelah selesai dengan ini gue terjun dari atas kebawah yaitu ke selokan. Parahnya dibawah selokan itu ada airnya. Ya mau bin maksa binti nekat, gue akhirnya garukin tanah di bawah selokan yang ada airnya.
Setelah semua selesai. Gue pun pulang dengan setengah capek. Ketika diperjalanan gue pun menemukan seekor anak kucing yang nyangkut di pohon jambu. Gue ambil kucing itu dan gue lekas bawa dia pulang.
Gue terinspirasi dengan cara sukses Ardi membuat kucing nurut, dengan memeliharanya ketika masih kecil. Gue ambil dan gue letakan diatas pagar. Lalu setelah gue mengembalikan senjata gue pada asalnya. Gue kembali ambil itu anak kucing. Gue elus kucing itu dan awalnya memang kucing itu agak sedikit memberontak. Tetapi lama kelamaan akhirnya dia suka akan elusan ku dikepala kucing itu. Sampai bunyi grrrrrmmm.
Gue jadi keinget ketika gue gak bisa ngertiin cewe. Ketika gue egois dengan diri gue sendiri yang minta diperhatiin oleh cewe tersebut tanpa timbal balik yang lebih. Gue akan mendapatkan perlakuan yang tidak gue inginkan.
Gue tersadar ketika gue ngelus anak kucing ini. Ini 1 bentuk perhatian gue ke kucing ini. Kucing ini tidak minta yang aneh – aneh dan dia nyaman dengan 1 kelakuan gue ini. Sebenernya cewe itu tidak akan terlalu nuntut ketika kita memberikan 1 saja. Gak muluk – muluk ternyata, cuman “Pengertian“ yang diminta. Dan setelah itu dia akan merasa nyaman.
Gue harus memahami ini, dan belajar “mengerti dari pada dingertiin“. Dan memang ternyata sulit, ketika gue ngelus ini anak kucing, gue hampir 7 kali bersin. Namun bersin ini menandakan kesulitan gue ketika memberikan pengertian ini.
Hampir dan rata – rata mengerti perasaan seseorang itu sulit dan butuh kesadaran. Namun kalau ada niat gue yakin ini gak akan sulit. Akhirnya lama kelamaan idung gue gak bersin lagi. Dan tercium aroma comberan menandakan gue harus mandi. Terima kasih ya Allah atas pelajaran hari ini lewat anak kucing ini.
Post a Comment
Post a Comment