Pisang, siapa yang tak kenal buah yang satu ini. Bentuknya pun tak susah susah diingat. Lonjong, panjang trus kuning?? Adakah yang menyamai??
Berbagai olahannya pun sudah banyak, dari yang tradisional seperti pisang goreng, molen, kripik dan sekarang menjelma dan berinovasi menjadi piscok (pisang coklat) dan bakal gue prediksi 5 tahun kedepan akan muncul olahan baru dari pisang, yaitu pis man bro (pisang manis berasa ori), pipi (pizza pisang), pis bu (pisang burger), rompi (roti mirip pisang) dan masih banyak lagi variasi-variasi olahan pisang, tapi disini gue bukan bahas soal itu membahas pisang yang ada kaitannya dengan pelajaran hidup. Tentunya kita tidak sempat bahkan tidak pernah mengamati pertumbuhan pisang, hanya bisanya makan olahannya ataupun langsung seperti cara monyet. Gue tau tentang ini pas menginjak kelas VIII tepatnya pada saat guru gue cerita panjang lebar dan dia tau-tau menyinggung tanaman ini yang memang dialah pelopor tanaman pisang disekolah gue. Bukan hanya pisang saja tetapi juga banyak tanaman yang dia budidayakan. Lanjut ke cerita tadi, guru gue ini bilang, ”jadilah orang seperti pohon pisang!!
Semua pada menjawab,”loh kenapa pak?? (gue dulu agak lemot gak mudeng apa yang diomongin mereka jadinya ya diem aja). sambung guru gue tadi,” karena pohon pisang itu dia tidak akan mati sebelum berbuah. Hening berlanjut dengan kata OOOOOO dari mulut temen temen gue dalam pikiran gue sok nyambung aja lu kayak pernah liat aja. tapi gue ya akhirnya penasaran lalu gue amati pohon pisang dirumah gue. Tenyata memang bener pohon pisang itu begitu. Tafsir gue mengenai pohon pisang adalah dia mempunyai pendirian yang manusia kadang tidak mempunyai itu. Di ibaratkan pohon pisang itu gue or individu lainnya dan buahnya itu bisa kita setarakan hasil ataupun hadiah dari apa yang kita perjuangkan atau yang kita usahakan. Kembali ke pohon pisang, memang pohon pisang itu bila sesudah berbuah, ditebang karena tidak bisa berbuah lagi. Begitu mulianya dia memperjuangkan hidupnya sampai dia berguna untuk orang lain dengan buahnya itu.
Seharusnya manusia bisa mencontohnya. Berguna untuk orang lain bukan hanya dirinya sendiri.
Cerita ini gue tulis pada SMA kelas 10 dan diposting diblog fergiaan.blogspot.com (sudah diapus blognya). Kalo pada bingung, namanya juga masih kunyuk - kunyuk dalam mengekspresikan jiwa melalui tulisan.
Post a Comment
Post a Comment