Sebulan


Tengah malam terbangun dengan keadaan setengah tersadar lalu dikejutkan dengan sosok wanita berselimut yang ada di samping. Malam itu memang sedang memimpikan sosok wanita yang sekarang sudah menjadi teman tidur. Namun di dalam mimpi itu, sosok wanita ini masih berstatus sebagai pacar. Setelah beberapa menit tersadar dari sebuah kenyataan bahwa yang tidur di samping adalah istri sendiri. Lalu akhirnya melanjutkan tidur kembali.

Sudah lewat sebulan sebuah ikatan sakral dalam hidup dijalani. Hal-hal semacam belum percaya kalau kami sudah menikah sering kami dengar dari orang-orang terdekat. Jangankan mereka, kami pun masih sering tidak menyangkan kalau sudah berstatus menjadi suami dan istri.

Fase ini pasti juga dinilai wajar dimana umur pernikahan yang belum lama masih sering latah dengan status sendiri. Masih sering tidak menyangka ketika tidur kok punya guling yang bisa gerak-gerak sendiri. atau ketika boncengan di motor masih sering nyeletuk kalimat, "kita ni udah nikah ya, kok rasanya masih kayak pacaran". 

Melangkah ke fase pernikahan itu banyak sekali pertimbangan yang di ambil. Karena akan banyak sekali hal-hal yang hilang ketika sudah berada di fase ini. Contoh saja waktu kumpul dengan teman akan berkurang atau malah blas tidak sempat, pulang kerja kalau telat sudah siap diomelin atau yang paling sederhana ketika jajan pun sekarang mikir harus beli dua bukan lagi untuk dirinya sendiri. Jadi pernikahan bukan hanya sekedar sex yang sering kali ditanyakan, jauh dari itu harusnya menanyakan salah satunya tentang peran laki-laki didalam pernikahan.

Peran laki-laki didalam pernikahan seperti melawan rasa egonya sendiri. Bagaimana tidak terkadang memang sebagai laki-laki juga perlu pemahaman mengenai masalah domestik yang sering sekali dianggap sebagai tugas wanita setelah menikah. Seperti mencuci baju, cuci piring, menyapu, mengepel, memasak maupun mengasuh anak. Secara umum banyak laki-laki sering berpangku tangan dengan masalah ini karena melihat di masyarakat memang itu tugas wanita ketika memiliki seorang suami. Sehingga membentuk ego laki-laki yang belum paham malah ketika membantu dikira hal itersebut menyalahi kodrat sebagai laki-laki atau bilang itu kan tugas seorang istri.

Memang benar melayani suami itu merupakan ibadah bagi seorang istri, toh juga apa salahnya membantu ketika memang memiliki waktu ataupun sedang senggang?

Sekarang bagi seorang laki-laki memang penting untuk banyak tau mengenai apa-apa yang diinginkan wanitanya maupun apa-apa yang dapat membuat istrinya merasa bebannya terasa ringan. Belajar ini pun bagi diri ini sangat membuat batin tersiksa karena harus melawan dan mengalah dengan sebuah hal yang menurut pendapat pribadi tidak sesuai. Tak jarang banyak moment gelut dengan mulut sudah berapa kali terjadi. Tangis? sudah pasti menghiasi setiap pertengkaran di antara kami. 

Mix Feeling pokoknya ketika sudah menikah tuh, 


Related Posts

Post a Comment