Skill memang menjadi salah hal yang harus dimiliki setiap individu di era sekarang ini. Pengembangan skill tentu lebih tepat jika didasarkan pada passion atau hal-hal yang menjadi kesenangan bagi individu tersebut. Skill memang bukan menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan tapi dengan skill dapat menjadi tolak ukur seberapa besar potensi yang ada di dalam individu. Potensi inilah yang nantinya aka membuat individu memiliki nilai di mata individu lain.
Salah satu skill yang dapat dikembangkan individu di era sekarang ini adalah video. Video merupakan salah satu dari 18 subsektor yang ada di Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Di dalam subsektor video terdapat juga animasi dan film yang pada dasarnya juga saling berkaitan. Sub sektor ini memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi lebih baik, walapun masih harus menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah minimnya SDM yang benar-benar mempunyai keahlian di bidangnya. Walaupun begitu Presiden Joko Widodo optimistis bahwa ekonomi kreatif kelak menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Berbeda dengan sektor lain yang sangat tergantung pada eksploitasi sumber daya alam, kekuatan ekonomi kreatif lebih bertumpu kepada keunggulan sumber daya manusia. Ekonomi Kreatif seperti karya seni, arsitektur, buku, inovasi teknologi, dan video, film atau animasi, berasal dari ide-ide kreatif pemikiran manusia yang terus dapat berkembang dari waktu.
Jika melihat 5 tahun kebelakang salah satu hal yang dapat membuat saya hadir ditempat ini adalah kesenangan terhadap dunia video. Bahkan tidak pernah terpikirkan akan mengisi suatu pelatihan. Tapi yang ada dipikiran adalah rasa penasaran yang terus ada ketika melihat suatu video. Lalu dengan konsep amati, tiru dan modifikasi jadilah karya video sendiri yang diunggah kedalam media seperti youtube maupun instagram. Semua hanya untuk konsumsi dan kepuasan pribadi.
Sudah ada beberapa amplop yang masuk ke kantong entah itu dari hanya mengambil video, editing video maupun keduanya. Sekarang beban terbesar yang saya pikirkan adalah mau atau tidak untuk mengimbangi permintaan pasar video. Semakin saya pikirkan hal itu semakin terbayang bahwa perlengkapan juga harus di upgrade. Belum lagi harus menyisihkan waktu untuk belajar cara editing video dengan aplikasi yang lebih canggih. Semua itu menurut saya pribadi masih dapat diatasi dengan adanya kemauan yang besar di dalam diri. Namun yang masih sulit dihilangkan adalah ketika ada orang yang minta videonya harus cepat selesai tapi setelah selesai malah bilang, "kok videonya gini amat". Perjuangan untuk menghasilkan video 1 menit pun butuh waktu berjam-jam mulai dari mengambil angel video, menyeleksinya dan kemudian masuk di editingnya. Di dalam editingnya pun masih memerlukan waktu. Hal semacam ini terkadang luput dari pengertian orang kebanyakan.
Terakhir, ketika waktu itu saya mengisi sebuah pelatihan. Saya sempat bilang ke peserta, "era sekarang tidak bisa hanya mengandalkan ijazah saja tapi harus update dan upgrade skill apapun itu bukan tentang video saja, pokoknya sesuai jalan ninja kalian sukanya dimana". Yap, pada akhirnya semua orang akan punya jalan ninjanya masing-masing dalam menemukan skillnya kan? tidak perlu dipaksakan biarkan karena orang terdekat hanya mengarahkan bukan memutuskan.
Post a Comment
Post a Comment